Judul : Anak Semua Bangsa
Bahasa : Indonesia
Penulis : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit : Lentera Dipantara
Cetakan keduabelas : Januari 2010
Tebal : 539 halaman
Harga : Rp.90.000,-
Penulis : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit : Lentera Dipantara
Cetakan keduabelas : Januari 2010
Tebal : 539 halaman
Harga : Rp.90.000,-
ISBN : 979-97312-4-0
Kehadiran roman sejarah ini, bukan saja
dimaksudkan untuk mengisi sebuah episode berbangsa yang berada di titik
persalinan yang pelik dan menentukan, namun juga mengisi isu
kesusastraan yang sangat minim menggarap periode pelik ini. Karena itu
hadirnya roman ini memberi bacaan alternatif kepada kita untuk melihat
jalan dan gelombang sejarah secara lain dan dari sisinya yang berbeda.
Tetralogi ini dibagi dalam format empat buku. Pembagian ini bisa
juga kita artikan sebagai pembelahan pergerakan yang hadir dalam
beberapa periode.
Roman kedua Tetralogi, Anak Semua Bangsa, adalah periode observasi
atau turun ke bawah mencari serangkaian spirit lapangan dan kehidupan
arus bawah pribumi yang tak berdaya melawan kekuatan raksasa Eropa. Di
titik ini Minke diperhadapkan antara kekaguman yang melimpah-limpah
pada peradaban Eropa dan kenyataan selingkungan bangsanya yang kerdil.
Sepotong perjalanannya ke Tulangan Sidoarjo dan pertemuannya dengan
Khouw Ah Soe, seorang aktivis pergerakan Tionghoa, korespondensinya
dengan keluarga Dela Croix (Sarah, Miriam, Herbert), teman Eropanya
yang liberal, dan petuah-petuah Nyai Ontosoroh, nertua sekaligus guru
agungnya, kesadaran Minke tergugat, tergurah, dan tergugah, bahwa ia
adalah bayi semua bangsa dari segala jaman yang harus menulis dalam
bahasa bangsanya (Melayu) dan berbuat untuk manusia-manusia bangsanya.
"Jangan agungkan Eropa sebagai keseluruhan. Di mana pun ada yang mulia dan jahat .... Kau sudah lupa kiranny, Nak, yang kolonial selalu iblis. Tak ada yang kolonial pernah mengindahkan kepentingan bangsamu."-Pramoedya Ananta Toer-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar