Bahasa : Indonesia
Penulis : Ahmad Tohari
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan keenam : Januari 2011
Tebal : 408 halaman
Harga : Rp-
Ukuran : 21cm
ISBN : 978-979-22-0196-3
ISBN : 978-979-22-0196-3
Semangat Dukuh Paruk kembali menggeliat sejak
Srintil dinobatkan menjadi ronggeng baru, menggantikan ronggeng
terakhir yang mati dua belas tahun yang lalu. Bagi pendukuhan yang
kecil, miskin, terpencil, dan bersahaja itu, ronggeng adalah
perlambang. Tanpanya, dukuh itu merasa kehilangan jati diri. Dengan
segera Srintil menjadi tokoh yang amat terkenal dan digandrungi. Cantik
dan menggoda. Semua ingin pernah bersama ronggeng itu. Dari kaula biasa
hingga pejabat-pejabat desa maupun kabupaten.
Namun malapetaka politik
tahun 1965 membuat dukuh tersebut hancur, baik secara fisik maupun
mental. Karena kebodohannya, mereka terbawa arus dan divonis sebagai
manusia-manusia yang telah mengguncangkan negara ini. Pedukuhan itu
dibakar. Ronggeng beserta para penabuh calungnya ditahan. Hanya karena
kecantikannyalah Srintil tidak diperlakukan semena-mena oleh para
penguasa di penjara itu.
Namun pengalaman pahit sebagai tahanan politik
membuat Srintil sadar akan harkatnya sebagai manusia. Karena itu
setelah bebas, ia berniat memperbaiki citra dirinya. Ia tak ingin lagi
melayani lelaki mana pun. Ia ingin menjadi wanita somahan. Dan ketika
Bajus muncul dalam hidupnya, sepercik harapan timbul, harapan yang
makin lama makin membuncah. Tapi, ternyata Srintil kembali terempas,
kali ini bahkan membuat jiwanya hancur berantakan, tanpa harkat secuil
pun...
Novel ini merupakan penyatuan Trilogi Rongeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dinihari, dan Jentera Bianglala, dengan memasukan kembali bagian-bagian yang tersensor selama 22 tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar