Bahasa : Indonesia
Penulis : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit : Lentera Dipantara
Cetakan ketujuhbelas : Januari 2011
Tebal : 535 halaman
Harga : Rp.90.000,-
ISBN : 979-97312-3-2Penulis : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit : Lentera Dipantara
Cetakan ketujuhbelas : Januari 2011
Tebal : 535 halaman
Harga : Rp.90.000,-
Roman Tetralogi Buru mengambil latar belakang
dan cikal bakal nation Indonesia di awal abad ke-20. Dengan membacanya
waktu kita dibalikkan sedemikian rupa dan hidup di era membibitnya
pergerakan nasional mula-mula, juga pertautan rasa, kegamangan jiwa,
percintaan, dan pertarungan kekuatan anonim para srikandi yang mengawal
penyemaian bangunan nasional yang kemudian kelak melahirkan Indonesia
modern.
Roman bagian pertama; Bumi Manusia, sebagai periode penyemaian dan
kegelisahan dimana Minke sebagai aktor sekaligus kreator adalah manusia
berdarah priyayi yang semampu mungkin keluar dari kepompong kejawaannya
menuju manusia yang bebas dan merdeka, di sudut lain membelah jiwa
ke-Eropa-an yang menjadi simbol dan kiblat dari ketinggian pengetahuan
dan peradaban.
Pram menggambarkan sebuah adegan antara Minke dengan ayahnya yang
sangat sentimentil: Aku mengangkat sembah sebagaimana biasa aku lihat
dilakukan punggawa terhadap kakekku dan nenekku dan orangtuaku, waktu
lebaran. Dan yang sekarang tak juga kuturunkan sebelum Bupati itu duduk
enak di tempatnya. Dalam mengangkat sembah serasa hilang seluruh ilmu
dan pengetahuan yang kupelajari tahun demi tahun belakangan ini. Hilang
indahnya dunia sebagaimana dijanjikan oleh kemajuan ilmu .... Sembah
pengagungan pada leluhur dan pembesar melalui perendahan dan penghinaan
diri! Sampai sedatar tanah kalau mungkin! Uh, anak-cucuku tak kurelakan
menjalani kehinaan ini.
"Kita kalah, Ma," bisikku.
"Kita telah melawan, Nak, Nyo, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya."
" Seorang terpelajar harus juga berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan"-Pramoedya Ananta Toer-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar